Selama manusia
di dunia, mereka bertanya-tanya siapa mereka sebenarnya, dari mana asalnya, dan
mengapa perilakunya seperti itu. Akan tetapi, di sebagian besar perjalanan
sejarahnya, manusia tidak mampu mengumpulkan kelompok data yang luas dan dapat
di percaya mengenai perilaku dan latar belakangnya sendiri. Oleh karena itu,
mereka berpegang pada sekumpulan mitos dan cerita untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Dalam 200 tahun terakhir antropologi telah menjadi pendekatan yang
lebih ilmiah untuk menjawab pertanyaan yang telah dikemukakan orang tentang
dirinya sendiri. Secara sederhana, antropologi telah menjadi studi tentang umat
manusia. Antropologi pertama-tama mencurahkan perhatiannya kepada satu jenis
saja –Homo sapiens- jenis manusia,
leluhurnya dan makhluk lain yang hubungannya dekat. Karena ahli antropologi
termasuk sebagai anggota jenis yang dipelajari, maka sulit, bahkan mungkin
mustahil, untuk obyektif sama sekali. Akan tetapi, para ahli antropologi
berpendapat bahwa penerapan pendekatan ilmiah telah menghasilkan generalisasi
yang bermanfaat tentang makhluk manusia dan perilakunya. Dengan menggunakan
pendekatan ilmiah itu para antropologi lebih mampu memperoleh pengertian yang
masuk akal untuk diterima mengenai keanekaragaman manusia.
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Para ahli
antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi
tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun
pemahaman yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
Antropologi adalah disiplin ilmu yang meneliti dan
menganalisa berbagai cara hidup manusia dan berbagai sistem tindakan manusia,
dengan aspek belajar yang merupakan aspek pokoknya. Hampir semua tindakan manusia
adalah kebudayaan. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Misalnya segala
kemampuan manusia yang tidak merupakan bawaan dari alam (disebut juga naluri,
karena sudah terprogram di dalam gennya, seperti halnya pada hewan), tetapi
harus dikuasainya dengan belajar. Contoh: manusia makan pada waktu-waktu
tertentu yang dianggap wajar dan pantas; ia makan menggunakan alat-alat,
cara-cara, serta sopan-santun atau protokol yang terkadang sangat rumit, yang
harus dipelajarinya dengan susah payah. Ini berkaitan dengan filsafat, ketika
belajar maka tidak lepas dari memikirkan sesuatu lebih mendalam demi mencapai
kebenaran.
Antropologi menggunakan bahan berupa fakta-fakta yang berasal
dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda, harus
menggunakan berbagai metode komparatif untuk mendapatkan suatu ciri umum yang
biasanya ditentukan dengan cara mencari perumusan-perumusan yang menyatukan
berbagai hubungan yang mantap antara fakta-fakta.
Komentar
Posting Komentar